Seringkali kita mendengar kata ini, mungkin di keseharian kita, atau malah mungkin juga kita sering melakukannya, na'uzubillah!.
Mubazir bisa diartikan sesuatu yang terlalu berlebihan, bisa hal itu menyangkut makanan, pakaian, dan hal lainnya.
Kalau kita lihat, selama ini praktek mubazir banyak dilakukan oleh orang-orang yang memang mempunyai kelebihan harta (orang kaya), misalnya dalam hal makanan, mereka tidak segan, malu atau tertekan ketika melakukannya. Ketika selesai makan, masih banyak sisa makanan yang ada di piring masing-masing, dan dengan entengnya mereka meninggalkan tempat makan tanpa memikirkan kemubaziran yang mereka lakukan. Adakah mereka tidak tahu, bagaimana para petani begitu dengan susah payahnya mengumpulkan sebutir demi sebutir padi untuk dijadikan beras yang nantinya mereka nikmati sebagai nasi, bagaimana susahnya petani memberi pupuk setiap sayurannya agar bisa mereka nikmati dan banyak lagi yang mereka tidak tahu (atau tak mau tahu). Hal ini juga sering kita lihat di beberapa rumah makan, jelas terlihat piringnya menyisakan makanan yang lumayan banyak, malah terkadang mereka terkesan hanya "mencicipi" makanan itu tanpa berniat untuk menghabiskanya. Contoh lain: ada sebagian dari masyarakat kita mengadakan "mubazir massal" seperti membuang "sesajen" ke laut, sungai atau tempat-tempat yang mereka anggap keramat. Selain makanan, mubazir dapat juga terjadi dalam hal waktu, bisa kita lihat begitu banyak waktu yang kita buat sia-sia, sekali lagi, NA'UZUBILLAHI MIN DZALIK!.
Tapi, apa mereka tidak pernah mendengar bahwa orang-orang yang melakukan pemubaziran adalah sahabat setan (mau kita menjadi sahabat setan???).
Sekarang, tinggal kita yang memilih, apa kita mau menjadi sahabat setan atau memilih menjadi musuh utama setan, pilihan itu hanya kita dan Tuhan yang tahu, PILIHAN ADA DI TANGAN KITA!
wallahu'alam
khatulistiwa, 29 Agustus 2007
Mubazir bisa diartikan sesuatu yang terlalu berlebihan, bisa hal itu menyangkut makanan, pakaian, dan hal lainnya.
Kalau kita lihat, selama ini praktek mubazir banyak dilakukan oleh orang-orang yang memang mempunyai kelebihan harta (orang kaya), misalnya dalam hal makanan, mereka tidak segan, malu atau tertekan ketika melakukannya. Ketika selesai makan, masih banyak sisa makanan yang ada di piring masing-masing, dan dengan entengnya mereka meninggalkan tempat makan tanpa memikirkan kemubaziran yang mereka lakukan. Adakah mereka tidak tahu, bagaimana para petani begitu dengan susah payahnya mengumpulkan sebutir demi sebutir padi untuk dijadikan beras yang nantinya mereka nikmati sebagai nasi, bagaimana susahnya petani memberi pupuk setiap sayurannya agar bisa mereka nikmati dan banyak lagi yang mereka tidak tahu (atau tak mau tahu). Hal ini juga sering kita lihat di beberapa rumah makan, jelas terlihat piringnya menyisakan makanan yang lumayan banyak, malah terkadang mereka terkesan hanya "mencicipi" makanan itu tanpa berniat untuk menghabiskanya. Contoh lain: ada sebagian dari masyarakat kita mengadakan "mubazir massal" seperti membuang "sesajen" ke laut, sungai atau tempat-tempat yang mereka anggap keramat. Selain makanan, mubazir dapat juga terjadi dalam hal waktu, bisa kita lihat begitu banyak waktu yang kita buat sia-sia, sekali lagi, NA'UZUBILLAHI MIN DZALIK!.
Tapi, apa mereka tidak pernah mendengar bahwa orang-orang yang melakukan pemubaziran adalah sahabat setan (mau kita menjadi sahabat setan???).
Sekarang, tinggal kita yang memilih, apa kita mau menjadi sahabat setan atau memilih menjadi musuh utama setan, pilihan itu hanya kita dan Tuhan yang tahu, PILIHAN ADA DI TANGAN KITA!
wallahu'alam
khatulistiwa, 29 Agustus 2007
No comments:
Post a Comment