Friday, April 3, 2009

Phenylpropanolamine

Baru saja dapat offline message dari teman mengenai komposisi obat flu yang katanya berbahaya bagi kesehatan.

Berikut offline message yang kuterima:

Phenylpropanolamine adlh obat influensa (decongestant) yg sejak 1 Mrt ini oleh Badan pngawasn obat & pangan Amerika (FDA) dtarik dr predarannya krn trbkti dpt mnybbkn STROKE di OTAK sbg dampak sampingnya Di Indonesia trdpt kira2 100 obat2an yg mngandung phenylpropanolamine & sring dpkai ol masy Obat2 itu a.l: Decolgen,Decolsin, Sinutab,Allerin, Bodrexin,Contac 500, Cosyr (trutama utk anak2), Flucyl,Fludane,Flugesic ,Inza,Komix, Mixaflu,Mixagrip, Nalgestan,Neozep forte Nodrof, Paratusin,Procold, Rhinopront,Rhinotussal,Sanaflu,Siladex, Stopcold, Triaminic drops (utk anak2), Tusalgin. Wass ( tlg sebar luaskan)

Aku juga awam mengenai hal di atas, mungkin ada rekan blogger yang faham mengenai komposisi obat tersebut dan kebenaran efek samping bahan obat itu.

Ada yang tahu???

[+/-] Selengkapnya...

4 comments:

cika said...

Sejak Tgl Nov 2000, FDA udah mengumumkan ttg menghentikan peredaran produk obat yang mengandung PPA.
Linknya : http://www.fda.gov/bbs/topics/ANSWERS/ANS01051.html

Di Indonesia, berdasarkan keputusan rapat Komisi Nasional Penilai Obat Jadi (Komnas POJ) 5 Desember 2000, tetap mengizinkan penggunaan PPA sebagai bahan aktif obat flu dan batuk. Namun, dosisnya dikurangi dari 25 mg per takaran menjadi 15 mg per takaran. Dosis itu sudah dinilai efektif. Sumber: http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0106...agus10.htm


Ada artikel yg berkaitan dgn keputusan FDA diatas :

Di Indonesia, Obat yang Mengandung Phenylpropanolamine Aman
Senin, 04 Dec 2000 12:21:37

Pdpersi, Jakarta - Masyarakat Indonesia tak perlu khawatir atas keamanan produk obat yang mengandung Phenylpropanolamine (PPA). Pasalnya, di Indonesia, PPA hanya digunakan dalam obat flu dan batuk sebagai nasal dekongestan (melapangkan hidung tersumbat). Bukan sebagai obat penekan nafsu makan.

Demikian diungkapkan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Depkes Kesos Drs Sampurno MBA, Jumat (1/12) malam, dalam acara buka puasa bersama di kediaman Menkes Kesos Dr Achmad Sujudi MHA, di Jakarta.

Menurut Sampurno, bila digunakan sebagai campuran obat penurun berat badan, penggunaan PPA memang harus ekstra hati-hati. Tapi, kalau digunakan sebagai obat flu dan batuk, PPA cukup aman. Buktinya, Indonesia tidak pernah menerima laporan efek samping hemorrhagic stroke (perdarahan otak), yang berkaitan dengan penggunaan PPA. Hingga kini, Amerika, Malaysia, dan Singapura telah menarik obat-obatan yang mengandung PPA, sementara Inggris, Jepang, Australia, dan juga Indonesia, tidak menarik obat tersebut dari peredaran.

Ribut-ribut soal keamanan produk obat yang mengandung PPA ini, menurut Dirjen POM, memang telah mengemuka sejak awal November 2000, ketika Badan pengawasan Obat dan Makanan Amerika (US-FDA) meminta pihak industri untuk menghentikan peredaran produk obat yang mengandung PPA, dan mengeluarkan PPA dari komposisi obat dalam waktu tiga bulan. Sebab, hasil studi Yale di Amerika mengaitkan antara terjadinya hemorrhagic stroke dengan penggunaan PPA, terutama untuk indikasi penekan napsu makan.

Kendati US-FDA telah mengeluarkan himbauan itu, kata Sampurno, tidak berarti Indonesia juga ikut menarik produk obat yang mengandung PPA dari peredaran. Namun, tanggal 5 Desember jajaran POM akan mengadakan pertemuan dengan Komite Nasional Penilai Obat Jadi, untuk melakukan pengkajian ulang formulasi PPA dalam obat flu dan batuk terhadap dosis dan kemungkinan penggantiannya. ?Kita akan meeting bersama para pakar untuk menilai, apakah dilakukan evaluasi terhadap disease, ataukah untuk penggantian zat aktif,? tutur Sampurno.

Di Indonesia, jelas Sampurno, jumlah produk obat flu dan batuk yang mengandung PPA sebanyak 189 nama dagang, yang diproduksi oleh 79 produsen. Dosis PPA yang diizinkan di Indonesia jauh lebih sedikit dibanding dosis yang diizinkan di Inggris maupun Amerika. Yaitu per takaran 10-25 mg. Pemakaian per hari yang diijinkan maksimal 75 mg untuk orang dewasa dan 37,5 mg untuk anak usia 6-12 tahun dan tidak dianjurkan digunakan untuk anak dibawah usia enam tahun.

Lain dengan di Amerika. Negara Paman Sam itu sebelumnya memperbolehkan PPA digunakan untuk indikasi dekongestan (dosis maksimum 150 mg per hari) dan juga penekan napsu makan (dosis maksimal 75 mg per hari). Tak heran, kini Amerika menarik obat-obatan yang mengandung PPA. Begitu pula dengan Malaysia dan Singapura. Sementara di Australia dan Inggris, yang memiliki sistem pemantauan keamanan obat yang baik, masih mengizinkan peredaran obat yang mengandung PPA. Pasalnya, di dua negara tersebut PPA hanya untuk dekongestan dengan dosis maksimal per hari lebih rendah dibandingkan dengan di Amerika, yaitu 100 mg per hari.

Lebih lanjut Sampurno menegaskan, dalam sebagian besar informasi produk obat yang mengandung PPA telah dicantumkan peringatan sebagai berikut:
• Penggunaan obat tidak boleh melebihi dosis yang dianjurkan dan harus dihentikan penggunaannya jika terjadi jantung berdebar, pusing atau susah tidur.
• Hati-hati penggunaannya pada penderita dengan gangguan fungsi hati dan ginjal.
• Tidak boleh digunakan pada penderita yang hipersensitif, gangguan fungsi hati akut, hipertensi, gangguan jantung, diabetes dan hipertiroid. Juga tidak boleh digunakan oleh mereka yang sedang diterapi dengan obat antidepresan tipe penghambat monoamin oksidase.
Bahkan, Sampurno menganjurkan tindakan terbaik dalam mengatasi flu adalah:
• Beristirahat 2-3 hari dan mengurangi kegiatan fisik berlebihan.
• Meningkatkan gizi makanan akan meningkatkan daya tahan tubuh. Yaitu makanan dengan kalori dan protein tinggi, serta makan buah segar yang banyak mengandung vitamin.
• Banyak minum air, the, sari buah, akan mengurangi rasa kering di tenggorokan, mengencerkan dahak, dan membantu menurunkan demam.
• Sering-sering berkumur dengan air garam untuk mengurangi rasa nyeri di tenggorokan
http://pdpersi.co.id/?show=detailnews&ko...=cakrawala

jaguar said...

kayaknya kita hanya menerima berita setengah2 deh.
setauku dari FDA hanya menarik PHENYLPROPANOLAMINE (PPA) yang berada pada obat pelangsing. itupun berada di tahun 2000. untuk tahun 2008-2009 ini belum ada kepastian beritanya. sedangkan untuk pemakaian dan takaran obat yangmengandung PHENYLPROPANOLAMINE (PPA) di indonesia masih dalam batas aman. ini sesuai dengan keterangan pers BPOM RI TENTANG
PENJELASAN TERKAIT INFORMASI OBAT FLU DAN BATUK YANG MENGANDUNG
PHENYLPROPANOLAMINE (PPA)
NOMOR : KH.00.01.1.3.1673
TANGGAL 16 APRIL 2009

Zoehrie said...

@jaguar: iya, kayaknya emang gitu, makanya diakhir posting aku ada nanya "ada yang tau", ya karena aku sendiri juga ga terlalu mengerti dengan dunia farmasi, jadi dengan adanya comment2 seperti dari cika atau jaguar, kita jadi tau kebenaran berita tersebut.
thanks to cika and jaguar yang udah comment :).

hunter said...

http://www.apotekputer.com/ma/index.php
website tersebut merupakan website informasi kesehatan,obat dan penggobatan...
dsitu jga ada copy press release Badan POM RI tgl 16 April 2009 untuk meyakinkan bahwa Phenylpropanolamine aman selama tidak melebihi dosis 15 gr per tablet..